Jadi, baru aja gw nonton film Rectoverso. Rectoverso ini diangkat dari kumpulan cerpen Dewi Dee dengan judul yang sama. Dari 11 cerita pendek di buku Rectoverso, diambil 5 cerita buat difilmin. Malaikat Juga Tahu, Hanya Isyarat, Curhat Buat Sahabat, Firasat, Cicak di Dinding. Gw baca bukunya udah lama banget, kayaknya sekitar 4 tahun yang lalu. Jujur aja, gw udah lupa semua ceritanya kecuali malaikat juga tahu.... hahahaha. Gw inget waktu gw baca, gw ngga gitu ngerti cerita-ceritanya, gw menganggap bahasanya agak terlalu berat dan penuh dengan filosofi yang gw kurang ngerti. Tapi dengan segala keterbatasan pengertian gw, gw yakin buku itu bagus banget, sama kayak semua buku Dee yang lain. Dee itu salah satu penulis yang buat gw adalah "penulis tingkat tinggi". Semua bukunya dalem banget, pilihan katanya luar biasa, dan penuh dengan filosofi. Dia salah satu contoh orang yang sangat gw kagumi, tapi ngga pernah bisa gw mengerti.......
Jadi, langsung aja ke pendapat gw tentang film Rectoverso. *spoiler alert*
1. Mailakat Juga Tahu
Satu-satunya cerita yang paling gw ngerti dan masih gw inget sampe sekarang. Cerita si Abang (Lukman Sardi) yang jatuh cinta sama Leia (Prisia Nasution), cewek yang ngekos di rumah dia dan Bundanya. Mereka berdua deket banget dan suka ngabisin waktu sama-sama. Sampe suatu hari, Hans, adik cowo si Abang pulang dari sekolah di luar negeri. Hans sama Leia saling suka. Singkat cerita, Leia akhirnya mutusin buat pindah dari kosannya Abang dan Bundanya itu. Sumpah, waktu si Abang ke kamar Leia dan Leia udah ngga ada di kamarnya, itu sedih banget. Ngga bisa dijelasin pake kata-kata deh. Jenis sedih yang ngga banyak air mata tapi beneran mengiris hati. Padahal gw udah tahu ceritanya bakal begitu, tapi scene itu tetep sedih banget. Terus diceritain, Leia di rumahnya yang baru, nemu tulisan tangan si Abang buat dia "seratus sempurna, kamu satu lebih sempurna". Kalo lo nonton filmnya, pasti ikut ngerasa patah hati. Akting Lukman Sardi sebagai Abang yang autis luar biasa banget, akting Prisia Nasution juga manis. Buat gw, semuanya pas di cerita ini. Iya, pas nyakitinnya.
2. Hanya Isyarat
Cerita ini tentang 5 orang backpackers yang ketemuan..... oke, gw agak bingung nyeritain cerita ini. Pokoknya, diantara 5 backpackers ini ada Al (Amanda Soekasah) yang suka sama Raga (Hamish Daud), tapi dia ngga pernah ngobrol sama Raga dan cuma mengenal Raga sebatas punggungnya aja. Setting ceritanya kan di pantai, jadi dia suka ngeliatin si Raga dari belakang gitu lah. Menurut gw sih ceritanya agak aneh ya, masa cuma ngeliat punggungnya orang bisa naksir....? Walaupun ceritanya agak aneh, dialog di cerita ini mungkin salah satu yang paling puitis di antara cerita-cerita yang lain. Buat gw, akting pemeran Raga kurang menonjol. Dia sama sekali ga menarik perhatian. Gw ngga terlalu terkesan sama cerita dan akting dari Hanya Isyarat ini, tapi dialog di cerita ini gw paling suka dibanding yang lain. Salah satu yang gw suka banget waktu Al bilang “sahabat saya itu adalah orang yang berbahagia. Ia hanya mengetahui apa yang ia sanggup miliki. Saya adalah orang yang paling bersedih, karena saya mengetahui apa yang tak sanggup saya miliki”.
3. Curhat Buat Sahabat
Ini cerita kedua favorit gw setelah Malaikat Juga Tahu. Cerita tentang Reggie (Indra Birowo) yang selalu jadi tempat curhat Amanda (Acha Septriasa) tentang pacar-pacarnya selama bertahun-tahun. Cerita ini mungkin yang paling klise, yang paling deket sama kehidupan anak muda. Iya, tentang friendzone. Reggie yang selalu ada buat Amanda, tapi Amanda yang tetep aja nyari-nyari orang yang tepat buat dia. Amanda yang ngga pernah sadar kalo apa yang dia cari itu sebenernya ada di depan mata dia. Akting Acha di sini natural banget, santai tapi tetep dalem. Indra Birowo juga pas meranin cowok yang kalem, yang tanpa banyak bicara selalu ada buat Amanda.
4. Firasat
Tentang Senja (Asmirandah), cewek yang selalu mendapat firasat sebelom ada sesuatu yang buruk bakal nimpa orang yang dia sayang. Dia gabung di klub firasat, klub dimana orang-orang yang suka mendapat firasat kayak dia ngumpul dan sharing. Cerita ini menurut gw juga agak weird. Klub firasat? Errr.... Yaudah lah, intinya si Senja merasa dapet firasat buruk sesuatu bakal menimpa Panca (Dwi Sasono), cowok yang dia suka yang adalah anggota klub itu juga. Di ending, ada twist di cerita ini, firasat buruk itu ternyata menimpa Senja sendiri. Dialog di cerita ini sebenernya puitis juga, cuma entah kenapa gw merasa keseluruhan cerita agak kaku dan kurang melebur jadi satu.
5. Cicak di Dinding
Ini cerita tentang Taja (Yama Carlos), seniman pemalu yang terpesona sama Saras (Sophia Latjuba), cewek matang dan independen di suatu bar, yang berakhir dengan hubungan seksual antara mereka berdua. Terus, ngga berapa lama kemudian, mereka ketemu lagi secara ngga sengaja di suatu kafe. Diantara mereka ada kedekatan yang bikin Taja jatuh hati sama Saras. Tapi waktu Taja akan membuka diri, Saras malah ninggalin dia. Berapa tahun kemudian, mereka ketemu lagi. Sahabat baik Taja ngenalin Saras sebagai calon istrinya. Taja terpukul gitu lah. Cerita ini yang paling dewasa, gw agak kurang ngerti juga. Tapi ceritanya penuh emosi, walaupun tanpa banyak kata-kata, lebih banyak gesture tubuh. Ceritanya sama kayak yang lain, tentang cinta yang tak terucap. Tapi cerita ini lebih dewasa dibanding cerita yang lain.
Kesimpulan gw setelah nonton adalah taglinenya itu pas banget, cinta yang tak terucap. Walaupun ini film tentang cinta, tapi ngga ada satupun ungkapan cinta. Udah gitu, semua ceritanya sedih. Cerita favorit gw Malaikat juga Tahu, karena ceritanya yang paling kuat dan beda. Gw juga suka Curhat Buat Sahabat karena kesederhanannya. Overall, film ini bagus dan gw suka banget. Walaupun mungkin ini bukan jenis film yang semua orang bakal suka. Tapi dengan basic cerita dari Dee yang emang kuat dan dalem, film ini adalah salah satu film indo bermutu yang recommended buat ditonton.
Oya, wajib denger juga soundtracknya :
Glenn Fredly - "Malaikat Juga Tahu", Raisa - "Firasat", Acha Septriasa - "Curhat Buat Sahabat", Drew - "Hanya Isyarat", dan Dira Sugandi - "Cicak di Dinding".
“Seratus sempurna. Kamu satu lebih sempurna.”
- Malaikat Juga Tahu
0 comments:
Post a Comment